Aulia Rahman mempersembahkan Sebuah Puisi berjudul:
Merona, Menggebu, Membuncah, Ya...
Merona...
Wajah itu dengan semburat jingga...
Jiwa itu bersama setetes lara...
Mata itu serta teriakan semu dari dunia
Yang tak fana....
Menggebu....
Hasrat merindu dalam kalbu...
Aliran semangat pecundang di masa lalu...
Hawa neraka antara dua bahu...
Pilu...
Membuncah...
Batin yang tengah mengigit darah...
Mengeluarkan jutaan serapah...
Bahkan membuat dunia yang awalnya indah...
Seperti sampah!!
Tiada lagi jiwa ramah...
Yang bernaung kini hanya serakah...
Dan amarah...
Ya...
Kini kau lihat ia diam...
Manakala surya masih malu menebarkan pesona....
Tidak lagi nanti...
Manakala purnama pun telah lelah memamerkan diri...
Bahkan bintang-gemintangpun enggan berkedip lagi....
Ah... ada apa gerangan??
Ya...
Entahlah...
Tak ada yang tahu...
Tak ada yang mampu mengerti...
Tak jelas...
Semuanya begitu tak jelas...
Bahkan hingga kini pun tak jelas...
Ya...
Semua Merona...
Semua Menggebu...
Semua Membuncah...
Anehnya Merona, Menggebu, dan Membuncah...
Tak dapat disatukan dalam satu jiwa...
Ya...
Biarkan saja dulu...
Wajah, jiwa dan mata itu merona...
Hasrat, semangat, dan hawa neraka itu menggebu...
Batin, dunia, dan serapah itu membuncah...
Mungkin esok lain lagi adanya...
Ya...
Siapa yang tahu...?
0 comments:
Post a Comment