Sunday, March 27, 2011

Junn Series #5 - Segitiga?

I wanna tell somethin great before Junn Series:
Jadi kemarin kan rapat redaksi Koran Singgalang ( yang halamanpelajar ). Tau-tau seorang gadis menghampiri tempat saya duduk --> A S Oktriwina, penulis juga. Well, belum lama ini dia study tour gitu, dan ternyata bawain saya oleh-oleh: Sebuah Gelang!! (tidak termasuk Jam lho. wkwk)

I love love love My new bracelet. It makes me more fashionable than before *PLAKK!! (sorry)
Di koin-tua nya ada gambar naga, burung, dll dengan wujud garis-garis ala coretan diatas tanah Nazca gitu. Keren banget!!

Bagi teman-teman yang mau bertandang ke blog nya, Just Click Here!
Do follow her blog if you want, coz she will follow back every blogger who follow hers.
Have a nice visit! :)

Nah...
Sekarang baru deh, saya mau post cerbung Junn Series Bagian Akhir. Bagi teman-teman yang belum baca bagian sebelumnya, jangan khawatir, tinggal klik link2 berikut:

Bagian 1 - Pertemuan Dengan Teman Baru
Bagian 2 - Telat!
Bagian 3 - Unpredictable MOS!
Bagian 4 - Bantuan!

Deg-deg-deg...
Are you ready...??

(  Ringkasan cerita bagian sebelumnya: Bantuan datang! Junn selamat dari Alev dan bahaya yang ia hadiahkan. Seluruh pengurus OSIS dipanggil, dan kelegaan mekar dimana-mana… )

-----Junn Series 5 – Segitiga?-----
Oleh:  Aul Howler


    Tiga hari telah berlalu, sejak Junn menginjakkan kaki di SMA Bunga Bangsa. Suka duka perjuangannya di awal bersekolah, sekarang terasa begitu manis. Ia akan merindukannya, ia yakin itu. Yah, akhirnya Masa Orientasi Siswa telah usai.

    Sekarang aku bisa leluasa, piker Junn. Aku tak perlu takut lagi pada apapun – atau pada siapapun – selama tak melakukan kesalahan atau menyiggung orang lain. Aku bisa menimba ilmu lebih tenang, menganyam setiap kenangan dengan lebih tenang, dan merajut masa depan yang lebih baik dengan tenang. Tak ada yang akan bisa menggagguku. Ya, semoga tak ada.
“Junn! Ke kantin yuuk!”

    Riri melambaikan tangan dari pintu kelas. Junn segera membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja, kemudian menyimpannya ke dalam laci. “Let’s go!”

    Hari yang indah. Kapas putih yang bergumpal melayang perlahan di atas sana, merelakan dirinya dibakar si kuning garang. Bahkan suasana sekolah pun juga terasa indah.  Dimana-mana hanya ada senyuman dan wajah ceria. Tak ada lagi ketegangan, ketakutan dan suasana mencekam seperti yang lalu. Yah, semua murid baru termasuk Junn memang mulai bisa menikmati masa SMA sekarang.

    “Hei, Junn!”
    Seseorang menyapa dari belakang. Sebentar Jun merasa sedikit gugup. Tapi segera ditepisnya rasa itu, mengingat statusnya bukan ‘junior’ lagi sekarang.
    “Kakak memanggil saya?” Junn bertanya pelan. Masih terdengar sedikit takut. Ternyata sindrom MOS belum hilang sepenuhnya.

    “Ya.” Jawab Alev. Kemudian ia mendekat.

    Riri meremas lengan baju Junn, dan segera berdiri di belakangnya. Keberaniannya terlalu sedikit. Itupun sekedar mengintip orang yang kemarin menyebabkannya pingsan, dari balik bahu Junn. Kakinya sedikit gemetar, membuatnya mencengkeram Junn semakin kuat. Ia takut ia akan roboh lagi.

    “Ada apa, Kak?”
    Giliran Alev yang kelihatan gugup. Keramahan Junn setelah apa yang terjadi belum bias ia terima begitu saja. Hatinya bergetar lagi, menangkap sifat Junn yang lain: Pemaaf. Bahkan Alev tak yakin bias memaafkan dirinya sendiri, setelah apa yang diperbuatnya.

    “Err, Gue mau minta maaf.” Ujarnya memberanikan diri.
    Senyum Junn mengembang, membuat Alev makin gugup. Riri mulai melepaskan genggamannya, meninggalkan alur kusut di lengan baju Junn
   “Sama-sama. Saya juga minta maaf, karena sudah lancing kemarin,”
   “Gue benar-benar menyesal. Entah setan apa yang merasuki gue kemarin-kemarin, sampai gue setega itu sama Lo dan anak-anak lain.”

   Junn tersenyum lagi, “Dan Kak Zhafif?”
   Alev diam. Rasanya ia belum bias menghapus begitu saja kedengkiannya pada Zhafif. Tapi ia berusaha melakukannya. “Ya, Zhafif juga.”
   “Baguslah kalau begitu,” Ujar Junn sambil menarik lengan Riri untuk segera ke kantin. “Duluan, Kak!”
   “Eh gue…”
   Alev masih mau melanjutkan. Jun berhenti melangkah. “Ada apa lagi ya, Kak?”

    Alev menarik nafas, dalam. Lalu ia bertepuk tangan. “Di sana!” Ujarnya sambil menunjuk lapangan basket.
Junn menoleh. Beberapa murid berpakaian Cheers berdiri dalam barisan, masing-masing memegang sebuah karton. Sambil berteriak, mereka membalikkan dan mengangkat kartonnya. Beberapa huruf besar muncul, yang bila dieja berbunyi I LOVE YOU.

    Junn terbelalak, mukanya merah – malu. Riri malah menutup sebagian wajahnya sendiri dengan tangan: Semakin yakin ia akan roboh. Tapi agaknya bukan karena takut, melainkan karena shock atas adegan barusan. Dan Alev, di hadapan mereka tersenyum. Senyum tulus yang sejak pertemuan pertamanya dengan Junn tak pernah ia sunggingkan. Dan menurut hemat Riri, entah kenapa dengan senyum itu Alev terlihat tampan.

    “Sa… Saya…” Junn tergagap. Perasaannya campur aduk antara heran, bingung dan sedikit – senang. Semuanya terasa kacau dan serba tak nyaman, seperti bayi yang buang air besar di dalam popok. Dan semuanya terasa serba panas, membuat Junn dan bajunya basah berkeringat.
“Gak perlu jawab sekarang,” Alev berbisik. “Kapan-kapan aja, kalau udah siap. Gue bersedia nunggu.”
Sementara gadis-gadis Cheers di lapangan basket mulai bernyanyi. Lagu cinta! Dan beberapa siswa di sekitar lapangan bersorak riuh rendah, bersuit-suit dan meledek.

    Junn salah tingkah. Dadanya berdebar lebih cepat. Mungkinkah ia juga suka pada Alev? Bagaimana dengan perasaan aneh yang ia rasakan untuk Zhafif? Junn menunduk, stress dengan pikirannya sendiri.
Sementara itu, di kelas lain tak jauh dari sana, Zhafif meninju dinding hingga tangannya memerah. “Awas Lo, Alev” Bisiknya tanpa melepas pandangan dari lapangan.

TAMAT

(Cerita serial ini telah dimuat juga di Harian Singgalang edisi Januari 2011
Terbit dan beredar di Sumatra barat - sekitarnya.)
---------------------------------------------------------------->>

Nah...
What do you think of...??
Beberapa teman saya bilang, kok itu gantung endingnya? Hmm hmm... anggap saja itu cara saya membangkitkan imajinasi pembaca. Biar pembaca yang menghayalkan sendiri bagaimana setelahnya.
Asyik kan...?? Hehe :)

Oh ya, Saya berencana menjadikan cerbung ini sebuah e-book (disatuin dalam sebuah file PDF). Dan rencananya juga saya akan memasukkan komentar-komentar terbaik dari pembaca di halaman akhir nya.
So, jangan sungkan-sungkan yah! Tinggalkan jejak anda!

See-Yaa!
:)

0 comments:

Post a Comment

My Ping in TotalPing.com
submitgooglesitemap.com Sitemap Generator