Soo Bussy.
I'll post something in my journals soon.
Now, whut about a poem?
Menunggu: Aku Tak Suka Itu
Kau bilang hendak memberiku kunci untuk membuka gerbang di langit waktu depan kita. Dan kau berjanji akan terbang ke sana, bersamaku, membawa serta relief-relief cinta yang kita ukir bersama dalam rindu, resah, haru dan gundah gelisah. Tapi hingga lumut bersarang di dahan terakhir tempatku bertengger dan aku menggigil digigiti dingin: Kau tak datang. Pun aku menunggu dengan sabar. Aku tak suka itu, kau tahu. dimana kau?
Kau berkata pasti datang secepat kilat yang menyambar menara tua di ladang tempo hari, dengan gaun seperti tuan putri zaman edo di zaman sejarah Tokyo. Kita akan menapaki jalan berbatu dan berpasir itu lalu terbang tinggi, bersama, seperti layaknya sepasang burung hantu, bergerak perlahan dalam keanggunan. Demikian kata terakhirmu. Tapi hingga kini aku masih sendiri, di sini. Menunggu: aku tak suka itu, kau tahu.
Kau takut? Kau kehilangan rona percaya diri?
Kau meyakinkanku kala itu, bahwa sayapmu ada untuk mengepak bersama sayapku: Bahwa kita saling melengkapi tak ubahnya awan dan hujan. Kini aku menunggu, pun kau tak kunjung datang. Aku tak suka itu, kau tahu. Tak jadikah kau ke sini? apa kau akhirnya bimbang memilih?
0 comments:
Post a Comment