Thursday, August 11, 2011

Yogie And The Shiny Land - Part #4



Well, too much doesn't mean good in negative thing.


And, Is too much busyness+study a negative thing?


Actually not, but I don't think so... 
















This was tiring!

No! I couldn't accept this anymore! I need a break and holiday!

I need the fresh air to breath! 


 Sniff... sniff... sniff...





( poor I am, I have to study at faculty until August 27th )

:(





Btw, in this opportunity I can't tell ya my journeys.


So, it's better if you guys all enjoy the next part of my stories...

Published on SINGGALANG newspaper, June 2011 edition. 




(Uhm.. Sorry... available in indonesian language only)


~Toowhit Toowho...!!~





Not read the previous parts yet? click-click!








 Ringkasan Cerita Sebelumnya:




                (Kemunculan
kakak Gutanana benar-benar mengejutkan Yogie. Betapa tidak, ia sangat mirip
dengan Ciara, gadis centil yang Yogie sukai di dunianya! Sifat jutek dan
pemarahnya pun sama persis. Namun, kemarahan Gutarara, Kakak Gutanana itu kali
ini cukup beralasan, mengingat pertanda akan datangnya serangan dari Dark
Kingdom mulai muncul di ujung Shiny Land….)






  -----Yogie Series #4 -
Persiapan
-----


 Oleh: AuL



 




“Kalau begitu ini cukup gawat, barra,”


                Lelaki
dengan baju menyerupai dewa di film-film itu mengelus-elus jenggotnya yang
seputih salju di bulan desember. Raut-raut keriput di wajahnya begitu tua,
seolah umurnya sudah lebih dari seratus tahun. Emas murni bergelayut di
pergelangan tangan dan lehernya, melingkari dahinya, dan melilit tongkatnya, membuat
orang ini terlihat begitu kaya dan berkuasa. Ya, kakek Gutanana ini adalah
kepala suku Shiny Land, yang kedudukannya paling tinggi di tempat itu.







                “Ayahanda
benar, bara,” Ujar seorang wanita bergaun gemerlap di sampingnya —Sang ratu,
sekaligus Ibu Gutanana— dan bermahkota dengan hiasan rubi. “Prajurit Dark
Kingdom saja sudah gawat, apalagi rajanya juga, barra.”


                “Kita
tidak bisa diam saja, barra.” Ayah Gutanana —Raja Shiny Land— ikut berpendapat.
“Kita harus mempersiapkan diri untuk menahan serangan! Bahkan, bila perlu kita
serang balik, barra!”





                Kepala
suku diam saja. Kerutan di dahinya sejenak bertambah beberapa baris, menandakan
ia sedang berpikir keras.  Kemudian ia
bersuara, “Apa menurut kalian, kita masih bisa melunakkan hati Raja Dark
Kingdom? Maksudku, bila kita jelaskan kepadanya, bahwa kehancuran tubuh salah
satu prajuritnya karena panah kayu cahaya itu adalah sebuah ketidaksengajaan,
apa kira-kira dia mau membatalkan serangan?”





                Ayah
Gutanana menggeleng, “Kita tidak bisa memprioritaskan hal itu, Ayahanda.  Mungkin kita bisa jadikan itu sebagai rencana
pertama. Tapi rencana kedua, ketiga dan seterusnyalah yang harus kita
prioritaskan. Kita tidak boleh ambil resiko dengan satu rencana. Kita harus
tetap pastikan tidak ada penghuni  Shiny
Land yang terluka, barra!”





                Kepala
suku menatap raja dengan pandangan penuh sirat kebanggaan. “Kau adalah raja
yang jauh lebih bijaksana daripada aku, saat aku masih memerintah dulu, barra.”





                Raja
tertawa, “Tidak, barra! Ayahanda lah yang mendidik dan mengajarkan aku menjadi
raja yang harus selalu punya rencana cadangan, bukan? Itu artinya Ayah lebih
hebat dariku, barra! Bahkan, dulu Ayah berhasil memukul mundur serangan Dark
Kingdom, ingat tidak, barra…?”





                Kepala
suku menggaruk kepalanya yang sebagian besar telah botak. “Waaah…. Aku terlalu
tua untuk mengingat itu. Rasanya memang pernah tapi…. Entahlah, barra! Penyakit
pikun ku tambah oarah saja, barra” Ujarnya sambil tertawa terkekeh, memamerkan
deretan giginya yang tak lagi lengkap. Semua yang berkumpul di istana termasuk
Gutanana, Gutarara, Raja, Ratu, petinggi prajurit, pimpinan daerah, dayang dan
sebagainya, ikut tertawa. Tapi Yogie yang juga berada di sana hanya diam saja,
dongkol diabaikan semua orang.





                “Maaf,
permisi. Saya rasa sekarang bukan saat yang tepat untuk tertawa atau reuni
keluarga. Bukankah Shiny Land akan diserang?” Yogie tak tahan berkomentar.


                “Anak
muda ini benar. Kita harus segera bersiap, barra.” Raja bergumam, kemudian ia
mengangkat kedua tangannya, lalu menghentakkan tongkat besarnya 3 kali ke
lantai.





                “Perintah
kepada seluruh pimpinan dan petinggi Shiny Land! Tolong beritahukan seluruh
penduduk terutama wanita dan anak-anak, agar segera bersembunyi di dalam
gua-gua bawah tanah. Sebagian lelaki harus ikut bersembunyi, lindungi wanita
dan anak-anak! Kita tak bisa lengah, bila saja prajurit Dark Kingdom mampu
menerobos pertahanan yang akan dibuat. Sebagian lelaki lainnya yang mahir
memanah dan menombak, tolong persiapkan tombak, busur dan anak panah kayu
cahaya. Harap ikut berperang bersama prajurit Shiny Land lain. Sekarang Juga!”





                Dan
semua orang mulai sibuk, berlarian ke sana ke mari. Rumah Gutanana yang
merupakan istana pusat kerajaan itu perlahan mulai sepi. Yang sekarang berada
di dalamnya hanya Gutanana sekeluarga.


                “Aku…
aku… minta maaf, barra!” Gutanana memulai. Suaranya tbergetar, sepertinya
menahan keinginan untuk menangis.


                Gutarara
menjerit, “Maaf saja tidak cukup, barra! Apa yang telah kau lakukan memang
sangat keterlaluan! Kau menyebabkan kehancuran, barra! Kau menyebabkan
penderitaan, barra! Kau menyebabkan perang, barra!”





                Gutanana
menunduk. Air matanya mulai menetes, mengalir melalui pipinya dan jatuh ke
lantai. “Maafkan Aku… barra…”


                “Sudah
kubilang kan, ini semua bukan salah Gutanana. Ini salahku! Gutanana menggunakan
panah keramat itu hanya karena berusaha melindungiku dari serangan prajurit
kingdom. Kenapa tak ada yang mau mengerti…?”





                Gutanana
berhenti menangis, dan hiasan kepalanya bersinar. Gutarara melotot galak, lalu
berteriak lagi, “HAAHH!! Di saat seperti ini malah terjadi, barra!!” kemudian
ia meninggalkan ruangan itu.


                “Apa?”
Ujar Yogie, sama sekali tak mengerti.


                Raja
tersenyum, “Kau… Sepertinya yang dipilih menjadi menantu kami, barra.”





                Wajah
yogie memerah. Tubuhnya tiba-tiba terasa tak nyaman. Jantung nya berdebar lebih
cepat, dan ia dapat merasakan setiap inci dari nadinya berdenyut-denyut kuat.
“Eh… kalau tidak salah tadi anda bilang… me… meenan… menantu…??”





                Raja
mengangguk, dan Yogie merasa ingin pingsan. “Apa alasannya? Apa seperti yang
dikatakan Gutanana sebelumnya? Bahwa aku telah memecahkan bunga asmara karena
perasaanku pada Ciara, yang mirip Gutarara…?”


                Raja
dan ratu melongo. “Gutarara… barra…?”





                Yogie
mengernyitkan dahinya, heran. Sungguh, selama berada di Shiny Land sudah
berkali-kali ia merasa heran —atau terkejut— karena banyak hal. Tapi ini yang
membuatnya paling heran. “Tadi anda bilang….”


                “Gutanana,
maksud kami. Tentu saja, barra” Kepala suku angkat bicara. “Hiasan kepala
seorang putri keturunan raja akan bersinar bila calon suaminya telah ia temukan.
Dan kau, anak asing yang ingin tahu, telah dipilih oleh hiasan kepala Gutanana.
Artinya…..”





                Yogie
memotong cepat, “Aku…? Dan Gutanana akan…? MUSTAHILL!!!”


                Gutanana
ikut memerah mukanya. “Ayahanda, Ibunda, Kakek… Aku rasa sekarang buakn saatnya
membicarakan masalah kecil ini. Sebaiknya kita juga bersiap-siap menghadapi
gempuran Raja Dark Kingdom, barra!”


                “Biar
aku saja yang nanti mencoba bicara pada Raja Dark Kingdom, barra.” Kepala suku
mengusulkan.


                “Aku
dan Gutarara akan ikut melindungi para wanita dan anak-anak di gua bawah tanah,
barra” Ratu ikut bicara.


                “Aku
akan memimpin pasukan perang, barra.” Raja tak mau kalah.


                 “Dan
aku… Dan Gutanana… apa yang harus kami lakukan…?” Yogie mengeluh.





                Raja
memejamkan matanya sebentar, kemudian ia tersenyum. “Kami tak bisa biarkan
calon menantu terluka. Kau sebaiknya jaga tuan putrimu dan istana ini, barra.
Ini perintah, barra.”


                Yogie
tak berkutik lagi. Ia terpaksa menerima saja.





 (Bersambung)

0 comments:

Post a Comment

My Ping in TotalPing.com
submitgooglesitemap.com Sitemap Generator